KAJIAN KITAB AL-KABA'IR - DOSA BESAR KE-24 SELALU BERDUSTA DISETIAP UCAP...



KAJIAN "KITAB AL-KABA'IR"

Dosa-Dosa yang Membinasakan
Oleh : Imam Adz-Dzahabi


Disyarahkan oleh : Syaiks Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Dosa Besar ke-24

SELALU BERDUSTA DI SETIAP UCAPANNYA


Allah Ta'ala berfirman,

 ۚاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ﴿٢٨﴾

"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta."
(QS. Ghafir 40: Ayat 28)

Allah Ta'ala berfirman,

قُتِلَ اؐلْخَرَّٰصُونَ﴿١٠﴾

"Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta."
(QS. Adz-Dzaariyaat:10).

Allah Ta'ala berfirman,

ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَتَ اللهِ عَلَ الْكَٰذِبِيْنَ ﴿٦١﴾

"Kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta." (QS. Ali Imraan: 61)

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَی الْفُجُوْرِ , وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَحْدِيْ إِلَی النَّارِ , وَلَا يَزَلُ الرَّ جُلُ يَكْذِبُ حَتَّی يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابَا.

"Sesungguhnya kedustaan itu akan menjerumuskan kepada kejahatan, dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke dalam neraka. Seseorang yang biasa berdusta mala di sisi Allah ia akan dicap sebagai pendusta." 
(HR. Al-Bukhari 6094 & HR. Muslim 2606)

Nabi ﷺ bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ, إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ, وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.

"Tanda-tanda orang munafik itu ada 3 ; jika ia berkata ia berdusta, jika berjanji ia ingkar janji, dan jika diberi amanah ia berkhianat."
(HR. Al-Bukhari 33 & HR. Muslim 59)

Nabi ﷺ bersabda,

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَا فِقًا خَالِصًا, وَمَنْ كَانَتْ فَيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّی يَدَ عَهَا , إِذَ اؤْتُمِنَ , خَانَ , وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ, وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ , وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.

"Ada empat sifat yang apabila dimiliki oleh seseorang maka ia adalah seorang munafik tulen. Barangsiapa yang hanya memiliki satu sifat, artinya ia telah tertular sifat kemunafikan sampai ia meninggalkannya. Yaitu jika diberi kepercayaan ia berkhianat, jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia ingkar janji dan jika bersengketa ia selalu bebuat curang."
(HR. Al-Bukhari 34 & HR. Muslim 58)

Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلمِِ لَمْ يَرَهُ , كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِرَتَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَنْ يَفْعَلَ.

"Barangsiapa yang mengaku telah bermimpi padahal ia tidak memimpikannya, maka dihari Kiamat kelak ia akan disuruh untuk menggabungkan dua biji gandum dan ia tidak akan bisa melakukannya."
(HR. Al-Bukhari 7042)

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ أَفْرَی الْفِرَی أَنْ يُرِيَ الرَّ جُلُ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا.

"Sesungguhnya kedustaan yang paling dusta adalah seseorang yang (mengaku) melihat sesuatu dengan kedua matanya padahal kedua matanya tidak melihatnya."
(HR. Al-Bukhari 3509)

Imam Al Bukhari meriwayatkan sebuah hadits yg panjang dari Samurah bin Jundab tentang mimpi Nabi ﷺ dan pada mimpi tersebut di antaranya disebutkan,

أَمَّاالرَّجُلُ الَّذِيْ رَأَيْتُهُ يُشَرْشَرُشِدْقُهُ إِلَی قَفَاهُ, وَمَنْخِرُهُ إِلَی قَفَاهُ, وَعَيْنُهُ إِلَی قَفَاهُ, فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُوْمِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الْكَذْ تَبْلُغُ الْآفَا قَ.

"Adapun seseorang yang aku lihat sedang merobek-robek rahang bawahnya sampai tengkuknya dan dari hidungnya sampai tengkuknya dan dari matanya sampai ke tengkuknya , maka sesungguhnya orang tersebut adalah orang yg berangkat pagi-pagi dari rumahnya kemudian berdusta sampai (dustanya) memenuhi ufuk."
(HR. Al-Bukhari 7047)

Nabi ﷺ bersabda,

يُطْبَعُ المُؤْمِنُ عَلَی كُلِّ شَيْءٍلَيْسَ الْخِيَا نَةَ وَالْكَذِبَ.

"Seorang mukmin diciptakan wataknya diatas segala sesuatu kecuali (tidak untuk) sifat khianat dan dusta," 
(HR. Ahmad juz 5 hal 252)

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ فِيْ الْمَعَارِيْضِ لَمَنْدُوْ حَةٌعَنِ الْكَذِبِ.

"Sesungguhnya di dalam kata-kata untuk berkilah celah untuk berdusta." 
(HR. Al-Bukhari juz 2 hal 334)

كَفَی بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ.

"Seseorang akan dikatakan berdosa hanya drngan menceritakan setiap ucapan yang didengarnya."
(HR. Muslim Juz 1 hal 10)

Nabi ﷺ bersabda,

الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُوْرٍ.

"Orang yang pura-pura meras punya dengan sesuatu yang tidak ia punya, seperti orang yang mengenakan dua pakaian dusta."
(HR. Muslim 2130)

Nabi ﷺ bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ , فإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ. 

"Jauhilah sikap berprasangka, karena itu ucapan paling dusta."
(HR. Al-Bukhari 5143 & HR. Muslim 2563)

Nabi ﷺ bersabda, "Ada tiga golongan manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah... " (al-hadits). Diantaranya, "seorang raja yang pendusta.."(HR.Muslim)

✔ Syarah
Syaikh Utsaimin Rahimahullah berkata, Berdusta atas nama orang lain terdiri dari dua bentuk ;
1. Dustanya orang yang menampakkan kepada orang lain seolah-olah dirinya adalah orang shalih, beriman, dan bertakwa. Padahal kenyataannya tidak seperri itu. Sebaliknya ia adalah orang yang kafir dan sesat. Wal 'iyaadzubillah.
Dusta ini merupakan kemunafikan, bahkan termasuk dosa nifak yang paling besar yang telah Allah Ta'ala jelaskan di dalam firman-Nya, "Diantara manusia ada yang nerkaya, "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, " padahal sesungguhnua mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah:8). Mereka mengucapkan hal tersebut dengan mulut mereka. Mereka berani bersumpah palsu, padahal mereka mengetahuinya. Dalil-dalil tentang hal ini sangat banyal, baik di dalam Al-Qur'an maupun di dalam hadits Rasulullah.
Mereka adalah orang-orang munafik dan para pendusta. Mereka berdusta kepada orang banyak dengan mengaku sebagai orang beriman, padahal ucapannya tersebut hanyalah bohong belaka. Perhatikanlah firman Allah didalam surat Al-Munafikun. Surat tersebut dimulai dengan menjelaskan dusta mereka. Allah Ta'ala berfirman, "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui bahwa sesungguhnua kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetauhi bahwa sesungguhnua kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." 
(QS. Al-Munafikun:1)
Coba perhatikan, berapa kali mereka menguatkan ucapan mereka? Didalam ucapan mereka ada tiga penguat. Yaitu kalimat "kami bersaksi," kalimat "sesungguhnua," dan huruf "laam (benar-benar)." Mereka menegaskan bahwa mereka bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusab Allah. Maka Allah pun bergirman, "Dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." (QS. Al-Munafikun:1) ucapan mereka, "Kami mengakui bahwa engkau adalah Rasul Allah," termasuk kebohongan dan merupakan bentuk dusta yang paling besar terhadap manusia sebab pelakunya dikategorikan sebagai orang munafik. Wal 'iyaadzubillah.

2. Berdusta ketika berbicara dengan orang lain. Seperti seorang berkata, 
"Aku pernah mengatakan hal ini kepada si fulan." Padahal ia tidak pernah mengatakannya. Atau ia mengatakan: "Si fulan telah berkata begini." Padahal si fulan tersebut tidak pernah mengatakannya. Atau ia berkata, "Si fulan telah datang!" Padahal si fulan belum datang dan banyak contoh lainnya.

Semua perbuatan tersebut termasuk perkara yang diharamkan dan termasuk salah satu tanda dari kemunafikan. Seperti sabda Rasulullah ﷺ:" Tanda-tanda orang munafik ada tiga: Apabila berbicara, ia berdusta...."

Kemudian penulis Rahimahullah menyebutkan dalil-dalil yang mengharamkan dusta. Diantaranya firman Allah Ta'ala, "Janganlah kamu mengikuti." (QS. Al-Israa':36). Maksudnya adalah janganlag engkau menyelidiki sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketika engka tidak memiliki pengetahuan dilarang untuk mengatakannya terlebih lagi jika engkay memiliki ilmunya, tetapi menyampaikannya tidak sesuai dengan kebenaran. Hal ini lebih berbahaya dan lebih besar dosanya. Kita dapat mengetahui bahwa apabila seorang sedang membicarakan sesuatu, maka ada tiga kemungkinannya.

• Ia membicarakan topik tersebut berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Maka pada dasarnya pembicaraannya tersebut dibolehkan selama tidak menimbulkan masalah dan kerusakan
• Ia memiliki ilmunya, tetapi ia malah menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan ilmunya. Perbuatannya ini dianggap sebuah kedustaan.
• Ia menyampaikan sesuatu tanpa ilmu dan tidak mengetahui bahwa hal yang disampaikannya bertentangan dengan kebenaran. Hal semacam ini jelas-jelas terlarang, seperti yang dijelaskab dalam ayat diatas. Oleh karena itu, setiap orang dilarang berbicara dalam dua hal.
[ ] Pertama, jika ia mengetahui dan menyadari bahwa hal yang ia bicarakan bertentangan dengan perkara yang sebenarnya.
[ ] Kedua, jika ia membicarakan sesuatu yang tidak ia ketahui. Semua jenis pembicaraan ini dilarang. Adapun jika ia berbicara tentang suatu masalah dan ia memilili pengetahuan tentangnya, maka hal tersebut dibolehkan.
Selanjutnya, beliau menyebutkan ayat lain, yaitu firman-Nya: "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf:18). Maksudnya setiap perkataan yang engkau ucapkan, maka di sisimu ada malaikat Raqib dan Atid yang hadir mengawasi dan mencatat semua perkataan yang engkau ucapkan. 
Allah Ta'ala berfirman:

أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوٰىهُم  ۚ بَلٰى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ

"Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka."
(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 80)

Allah Maha Mendengar ucapan yang rahasia maupun yang secara terang-terangan. "Dan utusan-Utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat disisi mereka. "Alangkah beratnya?! Setiap kata yang keluar dari mulutmu akan dicatat dan kelak pada hari kiamat nanti akan diperlihatkan.

Allah Ta'ala berfirman:

وَكُلَّ إِنْسٰنٍ أَلْزَمْنٰهُ طٰٓئِرَهُۥ فِى عُنُقِهِۦ  ۖ وَنُخْرِجُ لَهُۥ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَلْقٰىهُ مَنْشُورًا

"Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka."

اقْرَأْ كِتٰبَكَ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 13-14)

Engkaulah yang akan menghisab dirimu sendiri. Sebagian ulama salaf berkata, "Demi Allah, sungguh sangat adil. Karena Allah telah menjadikanmu sebagai penghisab terhadap dirimu sendiri."
Walhasil Allah Ta'ala telah berfirman, "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan, melainkan ada didekatnya malaikat pemgawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf:18). Malaikat Raqib dan Atid selalu hadir untuk mencatat segala sesuatu, semua ucapanmu, yang baik maupun yang buruk atau perkataan sia-sia yang tidak ada gunanya.
Tatkala Imam Ahmad Rahimahullah sedang menderita sakit, beliau merintih karena rasa sakit yang sedang dideritanya. Kemudian ada seorang berkata, "Sesungguhnya si fulan (bernama Thawus) berkata, "Sesungguhnya malaikat akan mencatat seluruh ucapan manusia termasuk suara rintihan ketika sakit." Rintihan orang sakit adalah suara ketika ia merintih karena rasa sakit yang tidak tertahankan dan suara ini akan dicatat oleh malaikat.
Setelah mendengarnya, Imam Ahmad Rahimahullah berusaha menahan rasa sakitnya dan tidak merintih lagi. Mengapa beliau tidak mau merintih lagi? Beliau takut suara rintigannya akan dicatat sebagai amal buruk untuknya.
Orang-orang yang selalu menjaga lisan dan anggita tubuhnya akan memahami hakikat sebuah permasalahan. Orang yang selalu berusaha untuk tidak mengeluh sampai mereka tidak mau merintih. Berbeda dengan kita yang sering mengeluarkan kata-kata (kami memohon kepada Allah Ta'ala agar mengampuni dosa-dosa kita)

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ كَانَ يَؤْمِنُ بِاللهِ وَ الْيَومِ اْلآخِرِ فَلْيَقُل خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata yang baik-baik atau hendaklah diam."

Kita bermohon kepada Allah Ta'ala semoga membantu kita dan kalian agar mampu menguasai diri kita. Mudah-mudahan Allah Ta'ala berkenan memberikan taufik-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melakukan hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan.
Kemudiab beliau juga mencantumkan beberapa hadits. Diantaranya hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

إِيَّاكُمْ وَاْلكَذِبَ, فَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَی الفُجُوْرِ , وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَی النَّارِ, وَلَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّی الكَذِبَ حَتَّی يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابَا, وَعَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ, فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إلَی البِّرِّ, وَإِنَّ البَّرَّيَدِيْ إِلَی الْجَنَّةِ, وَلَايَزَالُ الرَّجُلُ بَصْدُقُ وَيَتَحَرَّی الصِّدْقَ حَتَّی يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقّا.

"Jauhilah dusta, karena dusta akan menuntun kepada kejahatan dan kejahatan akan menuntun ke neraka. Orang yang selalu berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta, maka ia akan dicatat disisi Allah sebagai seorang pendusta. Hendaklah kalian jujur. Karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun ke surga. Orang yang selaku berkata jujur dan berusaha untukselalu jujur, maka ia akan dicatat disisi Allah sebagai seorang yang jujur.

Dalam hadits di atas,Rasulullah ﷺ telah memperingatkan akan bahaya dusta. Beliau bersabda, "Jauhilah dusta." Maksudnya hendaklah kalian menjauhi dan meninggalkan semua perkataan dusta. Tidak dibenarkan pendapat seseorang yang mengatakan bahwa apabila dusta tersebut tidak merugikan orang lain, maka diperkenankan untuk berdusta. Pendapat ini sungguh bathil sebab tidak ada satu keterangan yang memberikan pengecualian seperti diatas. Sedangkan seluruh keterangan yang ada mengharamkan ucapan dusta .
Kemudian Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ucapan dusta akan menuntun kepada kemaksiatan. Maksudnya, apabila seseorang yang selalu berdusta di dalam ucaoannya, maka ia akan terus berdusta sampai akhirnya menuju kepada kejahatan. Wal'iyaadzubillah. Kemaksiatan akan menjerumuskannya ke dalam neraka. 
Allah Ta'ala berfirman,

كَلَّآ إِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِى سِجِّينٍ

"Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin."
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 7)


وَمَآ أَدْرٰىكَ مَا سِجِّينٌ

"Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu?"
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 8)


كِتٰبٌ مَّرْقُومٌ

"(Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal)."
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 9)


وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ

"Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!"
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 10)

Kemudian Rasulullah ﷺ melanjutkan sabdanya, "Dan orang yang selalu berdusta dan berusaha untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." Artinya, ia akan dicap sebagai seorang pendusta,Wal'iyaadzubillah. Sebab, apabila seorang terbiasa berdusta, maka ia akan selalu berdusta pada semua lini kehidupannya. Sehingga predikat yang disandangnya sangat tepat yaitu sebagai pendusta. (Kita memohon kepada Allah semoga menyelamatkan kita dari dosa ini dan dosa-dosa lainnya)
Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan untuk selalu berkata jujur. Beliau bersabda, "Hendaklah kalian jujur. Apabila kalian berbicara maka berbicaralah dengan jujur. Karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan. Dan kebaikan akan menuntun ke surga". Allah Ta'ala berfirman,

كَلَّآ إِنَّ كِتٰبَ الْأَبْرَارِ لَفِى عِلِّيِّينَ

"Sekali kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam 'Illiyyin."
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 18)

وَمَآ أَدْرٰىكَ مَا عِلِّيُّونَ

"Dan tahukah engkau apakah 'Illiyyin itu?"
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 19)

كِتٰبٌ مَّرْقُومٌ

"(Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal),"
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 20)

يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ

"yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah)."
(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 21)

Apabila seseorang berkata jujur, maka ia akan dituntun kepada kebenaran. Kebenaran akan menuntunnya ke surga dan seseorang yang selalu berkata jujur, maka akan dicatat disisi Allah Ta"ala sebagai orang yang jujur.
Derajat orang yang jujur adalah derajat yang tinggi dan berada dibawah tingkatan dan derajat kenabian. Seperti yang ditegaskan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولٰٓئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيِّۦنَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصّٰلِحِينَ  ۚ وَحَسُنَ أُولٰٓئِكَ رَفِيقًا

"Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 69)

Hal yang perlu diketahui bahwa dosa berdusta akan dilipatgandakan sesuai dengan objek yang dijadikan sasarannya. Berdusta dalam bermuamalah "interaksi dengan sesama manusia, dosanya jauh lebih besar dibandingkan dengan jika seseorang berdusta dengan ucapan. Contohnya seseorang yang selalu berdusta ketika bermuamalah, seperti selalu berdusta ketika berbisnis. Ketika mengambil atau memberikan barang dagangan, maka dosa dalam hal ini sangat besar. Apabila ia selalu berdusta di dalam transaksi jual-belinya, maka keberkahan jual-belinya akan hilang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ

البَيِّعَا بِالْخِيَارِ, فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا, بُوْرِكَ لهُمَا فِيْ بَيْعِهِمَا, وَإِنْ كَذِبَا وَكَتَمَا, مُحِقَتْ بَرَكَةَ بَيْعِمَا.

"Pembeli dan penjual bebas memilih. Jika keduanya jujur dan transparan, maka jual-beli mereka berdua akan di berkahi, Tetap jika keduanya berdusta dan saling merahasiakan (menipu), maka berkah jual-beli merek berdua akan dicabut."

Semua keuntungan yang didapatkan dari hasil dusta, baik dengan cara menaikkan harga barangnya sehingga menjadi mahal atau jumlah barang yang dibeli jauh lebih banyak dari yang lazim, maka semua hukumnya haram karena dihasilkan dari dusta dan dusta itu bathil. Semua perbuatan yang terwujud karena hasil kebathilan adalah bathil.
Demikian pula halnya ketika berdusta saat menjajakan barang dagangannya. Contohya seorang berkata, "Barang-barang ini sangat bagus berkualitas tinggi." Padahal ucapannya ini hanya dusta belaka. Perbuatannya ini termasuk memakan harta orang lain dengan cara bathil. Kasus seperti ini banyak ditemukan pada para penjual mobil. Seseorang menjual mobilnya lewat tangan makelar . Si pemilik mobil mengetahui bahwa mobilnua cacat dan ketika ia menawarkan mobilnya kepada para calon pembeli, ia akan menyembunyikan cacat mobilnya. Praktik jual beli semacam ini haram hukumnya. Apabila si penjual mengetahui cacat pada mobilnya dan ia menyembunyikannya seraya berkata kepada calon pembeli, "Saya jamin mobil ini tanpa cacat." Cara seperti ini jelas diharamkan. Kecuali jika si penjual benar-benar tidak mengetahui cacat mobilnya, tetapi ia merasa khawatir bahwa mobilnya akan bermasalah, maka ia dibolehkan untuk mengatakan bahwa mobilnya baik dan tidak ada cacat sedikitpun.



🔅🔅🔅

Posting Komentar

0 Komentar