JANGAN MENCARI KEKUASAAN ATAU KEPEMIMPINAN



Jangan Mencari Kekuasaan Atau Kepemimpinan 


Abu Sa’id ‘Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata padaku :

: يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا 

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika diberikan jabatan itu kepadamu dengan sebab permintaanmu, pasti jabatan itu (sepenuhnya) akan diserahkan kepadamu (tanpa adanya pertolongan dari Allah). Dan jika jabatan itu diberikan kepadamu bukan dengan sebab permintaanmu, maka pasti kamu akan ditolong (oleh Allah Ta’ala) dalam melaksanakan jabatan itu.” (HR. Bukhori 6622, 6722, 7146, dan Muslim 1652)

Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah berkata :
“Siapa yang mencari kekuasaan dengan begitu tamaknya, maka ia tidak ditolong oleh Allah.” (Fathul Bari, 13: 124)

Imam Nawawi rahimahullah berkata :
“Siapa saja yang meminta kekuasaan, maka pertolongan Allah tidak bersamanya. Dalam kepemimpinannya tidak mendapatkan kecukupan (kemudahan) dari Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 104).

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya ambisi terhadap suatu kedudukan menimbulkan kerusakan besar dimulai dari sebelum ia mendapatkan kedudukan itu, yaitu dalam usahanya mencari kedudukan itu. Demikian pula setelahnya, yaitu dikarenakan dengan ambisinya yang besar, di mana terjatuh di dalamnya para pemilik kekuasaan yaitu berupa kezaliman, kesewang-wenangan, kesombongan, dan kerusakan-kerusakan lainnya.

Maka benarlah sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam dimana beliau tidak memberikan kekuasaan pada orang yang memintanya. Dalam Shahih Al-Bukhari, dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu anhu, bahwa ada dua orang mengatakan kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah, jadikan kami sebagai pemimpin.” Maka beliau menjawab:

إِنَّا لَا نُوَلِّي أَمْرَنَا هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلَا مَنْ حَرِصَ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya kami tidak akan memberikan kepemimpinan kami ini kepada seseorang yang memintanya atau berambisi terhadapnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh alangkah tepatnya jika kita merenungi firman Allah Ta’ala, bahwasanya kunci keamanan dan keberkahan suatu negeri adalah dengan bertauhid, beramal shaleh sebagaimana manhaj Nabi shalallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya, bukan dengan berlomba-lomba mencari kepemimpinan dengan segala embel-embelnya. Karena keridhoan Allah Tabaraka wa Ta’ala lah yang dengannya akan menukar keadaan kita menjadi lebih baik..

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. An-Nuur 55)

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.” (Qs. Qaaf 37)

Hanya Allah Tabaraka Wa Ta’ala yang memberi taufik

_______

Penyusun | Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن)

Disusun 3 Sya’ban 1440 H / 9 April 2019

Posting Komentar

0 Komentar