KAJIAN KITAB AL-KABA'IR - DOSA BESAR KE-27 DAYYUTS | USTADZ SAEFUDDIN ABU ZAEN HAFIZHAHULLAH




KAJIAN "KITAB AL-KABA'IR"

Dosa-Dosa yang Membinasakan
Oleh : Imam Adz-Dzahabi


Disyarahkan oleh : Syaiks Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Dosa Besar ke-27



DAYYUTS
(KEPALA RUMAH TANGGA YANG MEMBIARKAN KEMUNGKARAN DI KELUARGANYA)



Allah Ta'ala berfirman,

الزَّانِى لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَآ إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ  ۚ وَحُرِّمَ ذٰلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ﴿٣﴾

"Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin."
(QS. An-Nur 24: Ayat 3)

Dari Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Yasar Al-A'raj, Salim bib Abdullah telah meriwayatkan kepada kami dari bapaknya bahwa Nabi ﷺ bersabda,

ثَلَاثَةٌلَايَدْخَلُوْنَ الْجَنَّةَ: أَلْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ, وَالدَّيُّوْ ثُ وَرَجُلَةُالنِّسَاءِ.

"Tiga golongan manusia yang tidak akan masuk surga: Orang durhaka kepada kedua orang tuanya, dayyus (suami yang tidak memiliki kecemburuan terhadap istrinya yang melakukan perbuatan tidak senonoh), dan wanita yang menyerupai laki-laki." 
(HR. Al-Hakim di dalam kitabnya, Al-Mustadrak.)

Barangsiapa (seorang suami) yang memgetahui bahwa istrinya telah melakukan perbuatan tidak senonoh, tetapi ia bersikap acuh. Hal tersebut mungkin dilakukan oleh seorang suami karna rasa cinta kepada istrinya atau dikarnakan ia memiliki utang dan tidak mampu untuk membayarnya atau karena ia belum melunasi mahar kepada istrinya yang sangat memberatkannya atau karena anak-anaknya yang masih kecil-kecil.

Kemudian ketika kasus diajukan kepada seorang hakim, semua pihak menuntutnya (sang suami) agar melunasi hak-hak mereka (tuntutan keluarga dan lain sebagainya) karena ia adalah seorang suami yang tidak memiliki perhatian terhadap keluarganya. Oleh karena itu, alangkah buruknya seorang suami yang tidak mempunyai sifat cemburu.

✔ Syarah
Syaikh Utsaimain Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya telah banyak orang yang tersesat yang hanya memperhatikan perkembangan harta bendanya saja. Ia selalu memperhatikan, menjaga, dan mengawasi harta bendanya. Sehingga seluruh fikiran dan fisik mereka disibukkkan dengan harta tersebut tidak lebig berharga jika dibandingkan dengan keluarga dan anak-anak.
Bukankah lebih pantas bagi mereka untuk mengkhususkan sedikit saja dari kelebihan akal fikiran n fisik mereka untuk mendidik keluarga dan anak-anak sehingga dengan demikian mereka (anak dan istri) menjadi orang-orang yang bersyukur atas nikmat yang Allah Ta'ala limpahkan kepadanya dan termasuk orang yang mengamalkan perintah Allah Ta'ala,

Allah Ta'ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memberi kalian kekuasaan dan membebani kalian dengan tanggung jawab terhadap keluarga. Allah telah memberi perintah kepada kalian untuk menjaga keluarga kalian dari api neraka yang sangat menakutkan. Allah Ta'ala tidak memerintahkan kalian untuk menjaga diri kalian saja. Akan tetapi, Kalian harus menjaga diri sendiri dan keluarga kalian. Salah satu hal yg mengherankan adalah banyak kepala keluarga yang melalaikan perintah Allah terhadap hak anak-anak dan keluarga mereka. Apabila api dunia menyambar anaknya, malah secepatnya ia akan berusaha sekuat tenaga untuk melindunginya dan bergegas menemui dokter untuk mengobatinya. Sedangkan terhadap api akhirat, ia sama sekali tidak berusaha untuk menyelamatkan keluarga dan anak-anaknya dari api akhirat tersebut.

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya setiap orang berkewajiban untuk mengawasi keluarga dan anak-anak, baik ketika mereka beraktivitas atau sedang istirahat dirumah, ketika sedang bepergian dan ketika mereka pulang, ketika bersama teman-temannya dan ketika sedang sendirian. Sehingga engkau benar-benar mengetahui segala urusan yang mereka lakukan dan engkaupun meyakini arah jalan yang ditempuh mereka. Sehingga kebaikan dilihat sebagai kebaikan dan kejahatan akan ditolaknya, mengajak mereka berdialog, mendengarkan keluhan mereka, dan menjawab pertanyaan mereka.Tidak memarahi mereka sehingga akan menelantarkan mereka. Karena hal tersebut hanya akan menambah bencana dan kerusakan.

Apabila seorang manusia tidak melakukan pengawasan terhadap keluarga dan anak-anaknya serta tidak mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, lalu siapakah yang akan melakukannya? Apakah yang akan melakukannya adalah orang-orang yang jauh dan orang-orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka? Atau akan membiarkan saja mereka diterjang oleh arus pemikiran-pemikiran yang menyesatkan, paham-paham yang menyimpang, dan perilaku-perilaku yang rusak? 

Mereka nantinya akan tumbuh menjadi suatu generasi yang bobrok, tidak akan memelihara agama Allah, serta tidak menjaga kehormatan dan hak-hak manusia. Suatu generasi anarkis yang tidak mengenal perkara yang ma'ruf dan tidak mengingkari perkara yang munkar. Hidup bebas dari segala penghambaan, kecuali penghambaan terhadap setan. Hidup lepas dari segala ikatan (aturan), kecuali ikatan kepada setan. Benar, akibatnya nanti akan seperti itu, kecuali jika Allah berkehendak lain.

Ada sebagian orang beralassn dengan mengatakan, "Aku sudah tidak sanggup lagi mendidik anak-anakku. Karena mereka sudah besar-besar dan sudah bertindak sewenang-wenang kepadaku!" Maka jawaban kita atas apa yang engkau katakan tersebut adalah kalaulah kita menerima alasan ini sebagai suatu bantahan atau memang merupakan kenyataan yang terjadi, kemudian kita memikirkannya, kewibawaannu di hadapan mereka. Karna engkau telah mengabaikan perintah Allah tentang mereka pada awal pertumbuhannya.

Engkau membiarkan mereka bertindak semaunya, tidak pernah bertanya kepada mereka tentang harta benda yang mereka miliki, tidak mengakrabi mereka dengan cara sering bergaul bersama mereka, dan tidak pernah berkumpul bersama mereka untuk sarapan pagi atau makan malam. Sehingga mereka akan tidak patuh kepadamu dan tidak mau menerima arahanmu. Apabila sejak awal engkau bertakwa kepada Allah kemudian memberikan pendidikan kepada mereka dari sisi diperintahkan, niscaya urusan dunia dan akhiratmu akan lebih baik hasilnya.

Allah Ta'ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿٧٠﴾
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ  ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴿٧١﴾


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar," "niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70-71).




🔅🔅🔅

Posting Komentar

0 Komentar