KAJIAN KITAB AL-KABA'IR - DOSA BESAR KE-20 MENGAMBIL HARTA (ORANG LAIN) DENGAN CARA BATIL | USTADZ SAEFUDDIN ABU ZAEN HAFIZHAHULLAH

\


KAJIAN "KITAB AL-KABA'IR"

Dosa-Dosa yang Membinasakan

Oleh : Imam Adz-Dzahabi

Disyarahkan oleh : Syaiks Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin



Dosa besar ke-20

MENGAMBIL HARTA (ORANG LAIN) DENGAN CARA BATIL



Allah Ta'ala berfirman,

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,” (QS. Al-Baqarah:188)

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(٤٢)

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. Asy-Syuura:42).

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ(٨)

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman. (QS. Asy-Syuura:8)

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 

“Kezhaliman adalah kegelapan di hari Kiamat.” 
(HR. Bukhari 2447 dan Muslim 2579)

     Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ ظَلَمَ شِبْرًا مِنَ الْاَرْضِ طُوِّقَهُ اِلَی سَبْعِ اَرَ ضِيْنَ يَومَ الْقِيَا مَةِ.

“Barangsiapa yang mengambil sejengkal tanah (milik orang lain) dengan cara yang zhalim (menyerobot), maka di hari Kiamat kelak akan digantungkan (ditengkuknya) dari tujuh lapis bumi.”
 (HR. Al-Bukhari 3195 dan Muslim 1612)

Allah Ta'ala berfirman,

اِنَّ ٱاللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ

"Sungguh Allah tidak akan menzhalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah.” (QS. An-Nisaa:40)

Dalam sebuah hadits dijelaskan,

وَدِيْوَانْ لَا يَتْرُكُ اللّٰهُ مِنْهُ شَيْاً وَهُوَ ظُلمُ الْعِبَادِ.

"Catatan (arsip) yang tidak akan Allah biarkan sedikitpun adalah kezhaliman yang dilakukan (seseorang) kepada orang lain.”
(HR. Ahmad juz 6 hal 240)

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ.
"Menunda-nunda membayar hutang bagi yang mampu adalah kezhaliman.”
(HR. Al-Bukhari 240 dan Muslim 1564)

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda

مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ اَمْرِیٍ مُسْلِمٍ بِيَمِيْنِهِ٬ فَقَدْ اَوْجَبَ اللّٰهُ لَهُ النَّارَ٬ قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ٬ وَاِنْ كَانَ شَيْاً يَسِيْرًا ؟ قَالّ: وَاِنْ قَضِيْبًا مِنْ اَرَاكٍ.

"Barangsiapa yang mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka “ Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, meskipun untuk barang sepele?” Beliau menjawab, Meskipun hanya setangkai ranting pohon arak (untuk sosial).” 
(HR. Muslim 137)

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda

مَنِ اسْتَعْمَلْناهُ مِنْكُمْ عَلَی عَمَلٍ فَكَتَمْنَا مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ٬كَانَ غُلُوْلًا يَاْتِيْ بِهِ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ.

"Barangsiapa yang kami pekerjakan diantara kalian untuk suatu pekerjaan kemudian ia menyembunyikannya sesuatu meskipun hanya sepotong jarum atau yang lebih mahal (dari jarum), maka barang tersebut (barang hasil menipu) akan dihadirkan kelak dihari Kiamat.” 
(HR. Muslim 1833)

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

اِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِيْ غَلَّهَا لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ نَارًا٬ فَقَامَ رَجُلٌ فَجَاءَ بِشِرَا كَانَ اَخَذَهُ لَمْ تُصِبْهُ الْمَقَا سِمُ٬ فَقَالَ: شِرَاكٌ مِنْ نَارٍ.

"Sesungguhnya jubah yang (dahulu) diambilnya secara zhalim benar-benar akan mengobarkan api neraka untuknya (membakarnya). “Kemudian berdirilah seseorang dengan membawa seutas tali sandal yang ia pernah ambil sebelum dibagi rata (diantara para Mujahidin). Maka Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Seutas tali sendal dari api neraka.”

Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam jika aku terbunuh dalam keadaan bersabar, mengharapkan pahala, menyongsong musuh dan tidak lari darinya, apakah dosa-dosa ku akan dihapuskan (oleh Allah)?” Beliau menjawab, “Benar, Kecuali utang.”
(HR. Muslim 1885)

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

اِنَّ رِجَا لًا يَتَخَوَّضُوْنَ فِيْ مَا لِ اللّٰهِ بِغَيْرِ حَقِّ فَلَهُمُ النَّارُ يَوْمُ النَّا رُيَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Sesungguhnya orang-orang yang merampas harta milik Allah dengan cara yang tidak benar, maka dihari kiamat (kelak) mereka akan masuk neraka.”
(HR. Al-Bukhari 3118)

Dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Ka’ab bin Ujrah,

يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحتٍ إلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَولَى بِهِ

tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali neraka lebih utama atasnya. [HR. Tirmidzi]

Abdul Wahid bin Ziad berkata dari Aslam Al-kufi dari Murah Al-Hamzani dari Zaid bin Arqam dari Abu Bakar dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga tubuh (seseorang) yang (selalu) diberi makan dari barang yang haram.”
     
Yang termasuk di dalam bab ini adalah para pemalak, pembegal, pencuri, pembohong, pengkhianat, pemalsu, orang yg meminjam sesuatu kemudian mengingkarinya, orang yang mengambil barang sedangkan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya (yang sah), penjual barang cacat akan tetapi ia merahasiakan cacatnya, penjudi , dan orang yang melampaui batas dalam memberi penjelasan kepada pembeli.

☑ Syarah
     
Syaikh Utsaimin Rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa ke zhaliman adalah pengurangan. Allah Ta'ala berfirman,

كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِنْهُ شَيْئًا

“Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun,” (QS. Al-Kahfi Ayat 33)

Maksudnya tidak akan ada yang berkurang sedikitpun. Bentuk kekurangan bisa dikarenakan terlalu berani melakukan sebuah perbuatan yang tidak diperbolehkan terhadap orang lain, atau melalaikan kewajiban yang telah diwajibkan kepadanya. Bentuk kezhaliman selalu berkisar didalam perkara ini. Adakalanya meninggalkan kewajiban atau melakukan perbuatan yang diharamkan.
     
Bentuk kezhaliman ada dua :
Kezhaliman yang berhubungan dengan hak-hak Allah.
Kezhaliman yang berhubungan dengan hak-hak sesama manusia.
     
Sedangkan bentuk kezhaliman yang paling besar adalah yang berhubungan dengan hak-hak Allah Ta'ala. Yaitu menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya, “Dosa apa yang paling besar? “Maka beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu (tandingan) bagi Allah padahal Allah-lah yang telah menceritakan mu.” Selain itu, kezhaliman juga bisa dikarenakan melakukan dosa-dosa besar atau melakukan dosa-dosa kecil.
     
Adapun kezhaliman terhadap hak-hak Allah Ta'ala yaitu kezhaliman yang bekisar pada tiga perkara yang telah dijelaskan oleh Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam di dalam khutbah haji Wada’, beliau bersabda, “Sesungguhnya darah kalian, harta dan kehormatan kalian dilindungi, seperti kemuliaan hari kalian ini, dibulan kalian ini dan dinegeri kalian ini.”
     
Bentuk kezhaliman terhadap jiwa (nyawa) adalah kezhaliman terhadap darah (pembunuhan). Misalnya seseorang yang melanggar hak (hidup) orang lain seperti dengan membunuhnya, melukai, dan lain sebagainya. Kezhaliman terhadap harta. Misalnya seseorang yang melanggar dan menzhalimi harta orang lain. Bisa dengan cara tidak menunaikan kewajiban (tidak mau membayar utang), melakukan perbuatan haram, mencegah seseorang yang mempunyai kewajiban atau dengan melakukan tindakan yang dilarang terhadap harta orang lain.
     
Adapun bentuk kezhaliman terhadap harga diri misalnya dengan cara berbuat jahat terhadap orang lain. Seperti menzinai (anak perempuan orang), melakukan homoseksual, menuduh dengan tuduhan zina, dan lain sebagainya.
     
Setiap kezhaliman dengan segala bentuknya diharamkan. Seorang yang zhalim tidak akan menemukan orang yang akan menolongnya dihadapan Allah Ta'ala kelak.
     
Allah Ta'ala berfirman,

مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ (18)

“Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.”

Maksudnya di hari Kiamat kelak, orang zhalim tidak akan menemukan teman yang akan menyelamatkannya dari siksa Allah dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang akan diterima syafaat-nya. Karena ia terusir yang disebabkan oleh kezhaliman, kelainan, dan permusuhannya. Allah Ta'ala berfirman, “Tidaklah ada penolong bagi orang-orang yang zhalim,” yakni tidak menemukan penolong yang akan menolongnya dan mengeluarkannya dirinya dari azab Allah Ta'ala pada hari itu.
     
Kemudian ada hadits Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Takutlah terhadap kezhaliman,” yakni janganlah kalian melakukan perbuatan zhalim. Seperti yang telah dijelaskan bisa dalam bentuk menzhalimi hak Allah atau menzhalimi hak sesama manusia. Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, “Takutlah terhadap kezhaliman,” maksudnya Janganlah kalian menzhalimi seseorang, tidak pada diri kalian dan tidak pula terhadap diri orang lain, “Karena sesungguhnya kezhaliman itu adalah kegelapan dihari Kiamat,” karena pada hari kiamat kelak tidak ada pencahayaan kecuali hanya orang-orang yang diberi cahaya oleh Allah.
     
Adapun orang yang tidak diberi cahaya oleh Allah, maka ia tidak akan memiliki cahaya. Seorang muslim akan mendapatkan cahaya sesuai dengan kadar keimanannya. Akan tetapi, apabila ia berbuat zhalim, maka cahayanya hilang sesuai dengan kadar kezhalimannya yang telah ia lakukan. Karena sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, “Takutlah terhadap kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan dihari Kiamat.”
     
Sedangkan makna kezhaliman yang dilakukan oleh orang yang mampu adalah bentuk penangguhan oleh orang kaya. Yaitu ia tidak mau melunasi kewajibannya (utangnya) terhadap orang lain padahal dirinya mampu (untuk melunasinya). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, “Penundaan (pelunasan utang) oleh seseorang yang mampu ( membayarnya) adalah sebuah bentuk kezhaliman.”
     Betapa banyak orang yang menunda-nunda hak orang lain. Misalnya ketika ada seseorang yang datang kepadanya, yaitu seseorang yang mempunyai piutang dan ia berkata, “Wahai Fulan, bayar kah utangnya.” Maka ia pun menjawab, “Besok! Kemudian si penagih datang kembali keesokan harinya. Tetapi ia tetap menjawab seperti kemarin, “Lusa!” dan demikian seterusnya. Kezhaliman seperti ini akan menjadi kegelapan baginya kelak di hari Kiamat.
     
Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Takutlah kalian terhadap sifat kikir.” Sifat kikir adalah terlalu tamak terhadap harta, “Karena kekikiran inilah yang menghancurkan umat-umat sebelum kalian.” Karena ketamakan terhadap harta-semoga Allah menyelamatkan kita- akan mendorong seseorang untuk mencari harta dengan segala macam cara, baik halal maupun haram. Bahkan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “... Membawa mereka ….” Yakni membawa orang-orang sebelum kalian “Untuk menumpahkan darah, menghalalkan yang telah diharamkan kepada mereka.” Seseorang yang kikir akan berani membunuh (orang lain) jika ia tidak menemukan sesuatu yang diinginkannya, Kecuali harus dengan darah. Hal ini menjadi kenyataan dan banyak dialami oleh orang-orang kikir yang menjadi perampok harta kaum muslimin. Mereka mengambil harta dan unta-unta milik kaum muslimin.
     
Mereka juga sering membuat kekacauan didalam rumah orang lain. Merusak dinding pembatas (pagar tembok) sehingga mereka dengan leluasa bisa mengeruk hartanya. Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memberikan peringatan dari kedua perkara ini, yaitu dari perbuatan zhalim dan kekikiran. Kezhaliman adalah melanggar hak orang lain. Sedangkan sifat kikir adalah bersikap tamak terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain. Semua ini diharamkan dan oleh karena itu Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya,

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (9)

“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-Hasyr:9)

Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak dipelihara dari kekikiran dirinya, maka ia tidak akan beruntung. Orang beruntung adalah orang yang dijaga oleh Allah dari sifat kekikiran jiwanya. Kita memohon keselamatan kepada Allah agar dilindungi dari kezhaliman, menjaga kita dari kekikiran dan kejahatan diri kita.
     
Kemudian penulis Rahimahullah (Imam An-Nawawi) menukil riwayat dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengambil sejengkal tanah dengan cara zhalim, maka tanah tersebut akan dikalungkan (dilehernya) dari tujuh lapis bumi.”
     
Hadits ini menjelaskan sebuah bentuk kezhaliman. Yaitu kezhaliman dalam hal pertanahan. Kezhaliman dalam hal tanah ini termasuk dosa yang paling besar, karena Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dilaknat orang yang merubah batas tanah orang lain.”
      
Para ulama berkata, “Yang dimaksud adalah mengubah batas tanah. Jika ada seseorang yang mengubah batas tanah milik seseorang seperti dengan memasukkan satu jengkal tanah seseorang ke dalam batas tanah orang lain, maka ia termasuk orang yang dilaknat dengan lisan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam. Maksud dari kata laknat (didalam hadits) adalah terusir dan dijauhkan dari Rahmat Allah Ta'ala.
     
Bentuk azab lain yang disebutkan dalam hadits ini yaitu jika ada seseorang mengambil sejengkal tanah (milik orang lain) dengan cara zhalim, maka tanah tersebut (yang ia ambil secara zhalim) dihari kiamat kelak akan dikalungkan dari tujuh lapis bumi. Karena bumi berjumlah tujuh lapis. Seperti yang telah dijelaskan di dalam sebuah hadits dan seperti yang telah disebutkan oleh Allah Ta'ala di dalam firman-Nya,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS. Ath-Thalaq: 12)

Bentuk persamaan di dalam ayat ini bukan menyamakan bentuknya. Karena langit DNA bumi sangat berbeda sebagaimana halnya jarak antara keduanya pun sangat jauh dan langit jauh lebih besar jika dibandingkan dengan bumi, lebih luas, dan lebih agung.

 Allah Ta'ala berfirman,

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (47)

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzariyat: 47)

Yakni dengan kekuatan, Allah Ta'ala berfirman,

وَبَنَيْنا فَوْقَكُمْ سَبْعاً شِداداً (12)

“dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh” (QS. An-Naba:12)

Apabila seseorang menyerobot sejengkal tanah, maka tanah tersebut akan dikalungkan (dilehernya) dari tujuh lapis bumi di hari Kiamat kelak. Allah akan menimpakan di pundaknya dan ia akan membawanya dihadapan manusia dan dihadapan seluruh alam dan ia akan digunakan dihari kiamat kelak. Beliau bersabda, “Sejengkal tanah.” Hadits ini bukan berarti untuk membatasi (hanya satu jengkal), tetapi untuk melebih-lebihkan. Maksudnya jika ia mengambil di bawah ukuran itu, maka tanah tersebut akan dikalungkan kepadanya. Orang-orang Arab biasa menyebutkan kata-kata seperti ini untuk melebih-lebihkan. Maksudnya walaupun ia mengambil sedikit saja, maka tanah tersebut tetap akan dikalungkan di lehernya di hari Kiamat kelak.
     
Dalam hadist ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki tanah, berarti ia juga memiliki bagian bawahnya sampai lapisan paling dalam, sampai lapisan yang ketujuh. Maka orang lain tidak boleh untuk membuat terowongan didalam tanahnya kecuali dengan seizin si pemilik tanah. Misalnya anda memiliki sebidang tanah seluas tiga meter di antara tanah milik tetanggamu. Kemudian tetanggamu menginginkan untuk membuat terowongan di antara kedua tanah tersebut dan melewati bagian bawah tanahmu. Maka tidak ada hak baginya untuk melakukan hal tersebut, karena anda yang memiliki tanah dan apa yang berada di bawahnya sampai lapisan tanah yang ketujuh sebagaimana udara juga milikmu sampai ke langit. Maka tidak boleh seseorang membangun atap di atas tanahmu, kecuali dengan seizin mu.
     
Para ulama berkata, “ Langit mengikuti tanah dan tanah tersebut menghujam sampai kedalaman tujuh lapis bumi. Berarti orang memiliki bagian atas dan bagian bawah tanah, tidak akan ada orang yang berlaku semena-mena dalam hal ini.”
     
Para ulama berkata, “Jika tetanggamu memiliki pohon, kemudian dahannya menjulur ke tanahmu, maka pemilik pohon harus mengalihkan dahan tersebut dari tanahmu. Jika tidak bisa, maka dahan tersebut harus ditebang. Kecuali dengan seizin dan pernyataan dari anda sendiri (anda mengizinkanya). Karena langit yang ada d atas tanah anda merupakan milik anda (mengikuti tanahnya).
      
Adapun hadits Abu Musa Al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu, maka Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menangguhkan (azab) bagi orang yang zhalim. Apabila ia telah (benar-benar) mengambilnya, maka ia tidak akan luput dari azab Allah.”
     
Arti kata “menangguhkan” artinya Allah akan menangguhkan (azab-Nya) sampai ia akan terus menerus berbuat kezhaliman na'uudzu billaah- maka janganlah engkau meminta supaya Allah menyegerakan azab untuknya. Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari malapetaka ini. Hal ini termasuk “istidzraj” yaitu Allah Ta'ala akan menangguhkan umatnya didalam kezhalimannya, tidak diazab secepatnya, sehingga dosa kezhalimannya menumpuk. Karena apabila Allah akan mengazabnya, maka ia tidak akan selamat! Allah akan mengazabnya dengan kekerasan yang tidak akan terkalahkan. Kemudian beliau membawa firman Allah Ta'ala,

وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ (102)

“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS. Huud: 102)


Orang-orang yang berbuat zhalim jangan merasa senang dahulu karena Allah tidak mengazabnya (menangguhkan azab-Nya). Karena hal ini adalah musibah di atas musibah. Karena jika seseorang yang zhalim langsung diazab karena kezhalimannya, maka barangkali ia akan tersadarkan, mau menerima nasihat dan meninggalkan kezhalimannya. Akan tetapi, jika ditangguhkan ia masih berbuat dosa atau justru bertambah kezhalimannya, maka azab-Nya akan bertambah berat. Maka ketika Allah mengazabnya, maka ia tidak akan bisa menghindari azab-Nya.

"Di ketik ulang Oleh tim Jambi Bertauhid berdasarkan kitab Al-Kaba'ir".


                                      

💠💠💠

Posting Komentar

0 Komentar