SEBAB PERPECAHAN DI KALANGAN SALFIYYIN PENGIKUT MANHAJ SALAF DEWASA INI




SEBAB PERPECAHAN DI KALANGAN SALFIYYIN PENGIKUT MANHAJ SALAF DEWASA INI



Tidak jarang kita temui dewasa ini, seseorang bahkan jamaah pengajian yang notabene semua mengaku diatas manhaj salaf namun yang membuat kita terkadang sedih bahkan miris melihat perpecahan yang terkadang penyebabnya bukan perkara agama justru berpecah karena masalah masalah duniawiyyah seperti perkara uang, jabatan bahkan masalah yayasan  ada beberapa hal sebenarnya yang menjadi penyebab perpecahan tersebut bila kita tilik dari sudut pandang syariat.
.
Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala befirman
.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
.

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imron: 105)
.
Keterangan, Ilmu, hidayah, sudah suatu hal yang maklum,  bahwa hal-hal tersebut adalah sebab tercapainya persatuan. 
.
Namun mengapa dalam konteks ayat di atas, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa kaum-kaum sebelum umat ini, berselisih  setelah datangnya ilmu dan keterangan kepada mereka?
.
Jawabannya terang Imam Al Ajurri rahimahullah, dalam kitab Asy-Syari’ah, adalah  karena HASAD dan perilaku atau sikap MELAMPAUI BATAS
.
Beliau menyatakan
.
إن الذي حملهم على الفرقة عن الجماعة، والميل إلى الباطل الذي نهوا عنه؛ إنما هو البغي والحسد، بعد أن قد علموا ما لم يعلم غيرهم، فحملهم شدة البغي والحسد إلى أن صاروا قرقا؛ فهلكوا، فحذرنا مولانا الكريم أن نكون مثلهم، فنهلك كما هلكوا.
.

“Yang menyebabkan mereka berpecah belah, dari persatuan, dan condong kepada kebatilan yang mereka telah dilarang untuk mengikutnya, dikarenakan oleh sikap melampui batas dan hasad. Setelah mereka mengetahui ilmu, yang belum diketahui oleh orang selain mereka.
.
Maka yang menyebabkan perpecahan di kalangan mereka adalah sikap melampui batas dan rasa hasad. 
Hingga mereka berpecah belah yang menjadi sebab kehancuran mereka. 
.
Oleh karenanya, Allah yang Maha Mulia, memperingatkan kita agar tidak menjadi seperti mereka. Sehingga kita binasa sebagaimana kebinasaan yang menimpa mereka” (Asy-Syari’ah, hal: 17).
.
Dalam ayat lain, Allah berfirman
.
وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۚ
.

“Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan.” (QS. As-Syuro: 14)
.
Di sini Tuhan kita mengingatkan, bahwa orang-orang sebelum kita itu diberi ilmu. Lalu mereka hasad antara satu dengan yang lainnya. Sampai menyebabkan mereka berpecah belah. Hingga binasa karena perpecahan. (lihat: Asy-Syari’ah hal: 18).

.
Memang terbukti dalam kehidupan ini, kita temui perpecahan yang terjadi di kalangan orang-orang BERILMU, disebabkan karena rasa dengki dan sikap berlebihan atau melanggar aturan Allah. 
.
▪ Hasad karena saudaranya lebih matang ilmunya.  
▪ Hasad karena saudaranya lebih banyak mad’unya. 
▪ Hasad karena saudaranya menjadi saingannya dalam berdakwah di suatu daerah. 
.
Sehingga mereka saling menjatuhkan satu sama lain. Dari sini terjadilah perpecahan.
.
Tidak ada yang salah dari ilmu. Manusialah yang salah. Kalau bukan karena rasa hasad, tentu ilmu yang mereka bawa akan mempersatukan mereka dan umat. Namun demikianlah manusia..
.
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
.

“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan  jahil.” (QS. Al-Ahzab: 72).
.
Ibnu Abbas menjelaskan
.
قال ابن عباس : ظلوما لنفسه جهولا بأمر الله وما احتمل من الأمانة
.

“Dzolim terhadap dirinya sendiri, jahil terhadap perintah Allah dan amanah yang dipikulkan kepada mereka” (Tafsir Al Baghowi, 4/491).
.
Ternyata sedemikian bahayanya sifat hasad. Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari sifat yang tercela ini.
.
*
Referensi:

▪    Tafsir Al-Baghowi / Ma’alim at Tanzil. Terbitan: Dar Thoibah, cetakan ke 8, th 1428 H.
▪    Asy-Syari’ah, karya Imam Abu Bakr Muhammad bin Husen Al Ajurri. Tahqiq: ‘Ishom Musa Hadi. Terbitan: Dar As Sidiq. Cetakan ke 3, th 1434 H
▪    Faidah kajian Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al ‘Abbad, kajian kitab Asy-Syari’ah milik Imam Al Ajurri, di masjid Nabawi.


Oleh : Ustadz Abul Faruq Hafizhahullah




Posting Komentar

0 Komentar