KAJIAN KITAB AL-KABA'IR - DOSA BESAR KE-1 SYIRIK #1 | USTADZ SAEFUDDIN ABU ZAEN HAFIZHAHULLAH



KAJIAN "KITAB AL-KABA'IR"
Dosa-Dosa yang Membinasakan
Oleh : Imam Adz-Dzahabi
Disyarahkan oleh : Syaiks Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Dosa Besar ke-1

MENYEKUTUKAN ALLAH (SYIRIK)



     Syirik adalah engkau menjadikan adanya sekutu bagi Allah padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Engkau beribadah kepada-Nya dan juga beribadah kepada selain-Nya, seperti beribadah (menyembah) kepada batu, manusia, manusia, matahari, bulan, nabi, Syaikh, jin, bintang, malaikat, dan lain sebagainya.
     Dalil-dalil tentang syirik dalam Al-Qur'an,
     
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang dikehndaki oleh-Nya.”(Qs. An Nisaa’: 48)

Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tiada seorang penolongpun bagi orang-orang zhalim tersebut."
 (QS. Al Maa’idah: 72)


Allah ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang membahas tentang masalah ini.

Barang siapa yg menyekutukan Allah kemudian mati dalam keadaan musyrik, maka dapat dipastikan ia akan menjadi penghuni neraka. Demikian pula halnya dengan orang yang beriman kepada Allah, kemudian meninggal dunia dalam keadaan beriman,maka ia akan menjadi penghuni surga meskipun diazab terlebih dahulu.
    
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُخْبِرُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ?الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ...
“Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar?” Maka beliau pun bersabda, “Menyekutukan Allah…”
(HR. Al-Bukhari, hadist nomor 2654 dan HR. Muslim, hadist nomor 87)

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ… وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan… Beliau menjawab,“Syirik (menyekutukan) Allah, …”(HR. Al-Bukhari, hadist nomor 2766 dan HR Muslim,hadist nomor 89)

     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ
”Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah dia.”
(HR. Bukhari 3017, Nasai 4059, dan yang lainnya)

Syarah Syaikh Utsaimin Rahimakumullah berkata,[Syarhu Riyaadhish Shaalihiin, hal. 286, Baabu Ta'kiidi Tahriimi Maalil Yatiimi, tentang pemaparan Imam An-Nawawi mengenai hadist Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu]
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” Jauhilah tujuh dosa-dosa besar yang membinasakan…” Yaitu tujuh dosa besar yang bisa menghancurkan agama seseorang. Ketika itu para sahabat bertanya, “Apakah ketujuh dosa besar itu wahai Rasulullah?” Maka beliau menjawab, “Menyekutukan Allah. “ Inilah malapetaka yang paling besar yaitu engkau menyekutukan Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu dan yang memberimu nikmat semenjak engkau berada dalam perut ibumu dan di masa kanak-kanakmu. Allah telah mencurahkan kepadamu nikmat yang sangat banyak, tetapi engkau justru menyekutukan-Nya.
   Inilah kezaliman yang paling besar, engkau menjadikan sesuatu tandingan bagi Allah. Padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Inilah malapetaka yang paling besar, yaitu menyekutukan Allah.

Macam-macam Bentuk Syirik

      Bentuk syirik kepada Allah bermacam-macam, di antaranya,
     Seseorang yang mengagungkan sesama makhluk sebagaimana ia mengagungkan sang Khaliq (Allah). Hal ini dapat dilihat pada kebiasaan sebagian para pembantu, baik pembantu (orang merdeka maupun budak). Engkau dapat melihat ia sangat mengagungkan tuannya, rajanya, atau mengagungkan seorang pejabat melebihi pengagungan-nya kepada Allah. Inilah salah satu bentuk syirik yang sangat besar. Yaitu mengagungkan makhluk melebihi pengagunganmu kepada Allah.
     Hal ini terlihat ketika pimpinan, atasan, raja atau tuannya mengatakan, “ Kerjakan ini di waktu shalat, jangan shalat dulu.” Kemudian ia pun melaksanakannya. Ketika waktu shalat telah habis, ia pun tetap tidak memperdulikannya. Dengan sikap ini, ia telah mengagungkan makhluk melebihi pengagungannya kepada sang Khaliq.
    Contoh lain bentuk menyekutukan Allah adalah didalam hal rasa cinta. Yaitu mencintai seseorang sebagaimana cintanya kepada Allah atau bahkan melebihi cintanya kepada Allah. Orang tersebut akan menuntut orang lain untuk mencintainya melebihi cintanya kepada Allah. Hal ini banyak dijumpai pada para pemuda  dan pemudi yang sedang dimabuk asmara.
    Orang-orang yang sedang dimabuk asmara, seperti seorang yg sedang jatuh cinta kepada lawan jenis, kita akan melihat hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada selain Allah melebihi kecintaannya kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖوَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ 
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang"
 menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. " QS Al-Baqarah:165
  
      Contoh lain yang termasuk menyekutukan Allah dengan sesuatu yang tersembunyi,yaitu riya'. Maka hal ini pun termasuk perbuatan menyekutukan Allah. Misalnya seorang yang sedang melakukan shalat. Kemudian ia memperbagus shalatnya karena si Fulan sedang melihat dan memperhatikan shalatnya. Atau berpuasa karena ingin dikatakan orang yang taat beribadah (rajin shalat dan rajin berpuasa). Atau bersedekah agar disebut dermawan yang suka bersedekah. Semua ini termasuk riya'.

Allah Ta'ala berfirman (didalam hadist Qudsi),
أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya” (HR. Muslim no. 2985).
  
      Diantara syirik yang tersembunyi yaitu menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Kita melihat orang seperti ini, mulai dari akal pikirannya,badan, tidur dan terjaganya, semuanya untuk memikirkan dunia. Ia akan menghitung, berapa keuntungan dan kerugian yang diraihnya pada hari ini. Kita akan melihat bahwa orang semacam ini hidup bergelimang harta di dunia ini, baik dengan harta yang halal maupun yang dunianya. Ia tidak perduli-melakukan semua itu-karena dunia telah memperbudaknya.
     Dalil tentang jenis syirik seperti ini adalah sabda Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam, “ Celakalah hamba Dinar.” Apakah engkau mengira bahwa orang seperti ini (hamba Dinar) akan sujud kepada uang Dinar? Tentu saja tidak. Yang dimaksud (dengan sabda beliau ini) adalah dikarenakan dunia telah menguasai hatinya. “ Celakalah hamba Dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba pakaian, celakalah hamba seprai.” Tidak ada yang menjadi tujuan hidupnya, kecuali untuk memperindah pakaian dan tempat tidurnya melebihi dari shalat dan ibadah-ibadah (lainnya) kepada Allah. “ Jika ia diberi ia akan senang dan jika tidak diberikan akan marah… “ Apabila Allah melimpahkan karunia kepadanya, maka ia akan berkata, “Rabb yang Maha mulia, Mahaagung, dan Mahabesar,Dia-lah Dzat yang paling berhak atas segala-galanya. Akan tetapi, apabila tidak diberi, maka ia akan marah.
    
Allah Ta'ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلٰى حَرْفٍ  ۖ  فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِۦ  ۖ  وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهِۦ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْأَاخِرَةَ  ۚ  ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata."(QS. Al-Hajj 22: Ayat 11)

     Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika diberi ia akan senang dan jika tidak diberi ia akan marah. Celakalah orang seperti ini dan ia akan tersungkur.” Maksud tersungkur yaitu ia akan menjadi orang yang hina karena seluruh urusannya menjadi rusak. “Jika tertusuk duri ia tidak bisa mencabutnya …” Maksudnya Allah akan mempersulit urusannya sehingga satu duri pun tidak mampu ia cabut dari badannya. “Jika tertusuk duri…” Maksudnya duri yang menusuk badannya, “Ia tidak bisa mencabutnya…” Kemudian beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda sebagai perbandingan terbalik dari perkara tersebut, “Berbahagialah bagi seorang hamba yang memacu kudanya di jalan…” maksudnya ia akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. “Bagi seorang hamba yang memacu kudanya di jalan Allah yang kusut rambutnya dan berdebu kedua kakinya…”
      Perhatikanlah. Hamba yang pertama adalah seorang hamba alas tidur (seprai). Sedangkan yang kedua adalah seorang hamba yang tidak perduli dengan kondisinya sendiri. Hal yang terpenting bagi dirinya adalah penggambaran kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. “Yang kusut rambutnya dan berdebu kedua kakinya. Jika berada di garis belakang maka ia tetap berada di garis belakang…” Maksudnya ia tidak akan memperdulikan apapun tempat yang ia tempati. Apabila pada tempat tersebut terdapat manfaat untuk urusan jihad, maka ia akan berada di tempat tersebut. Inilah yang akan membuatnya beruntung di dunia dan di akhirat.
     Kesimpulannya bahwa ada di antara manusia yang menyekutukan Allah tanpa disadarinya. Wahai saudaraku. Jika engkau sudah merasakan dunia telah menguasai hatimu dan menganggap bahwa tidak ada yang lebih penting daripada dunia. Tidur dan terjaganya hanya untuk dunia, maka ketahuilah sesungguhnya di dalam hatimu telah tersimpan benih kemusyrikan. Karena Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “ Celakalah hamba Dinar… “ Sabda beliau ini menunjukkan bahwa orang tersebut tidak mempedulikan cara mendapatkannya. Apakah dengan cara halal maupun yang haram. Sedangkan orang yang beribadah kepada Allah dengan benar, tidak akan pernah mencari harta dengan cara yang diharamkan. Karena barang yang haram akan menuai kemurkaan Allah. Sedangkan harta yang halal akan mendatangkan keridhaan Allah. Karena itu, seorang hamba Allah yang ibadahnya benar(kepada Allah), maka ia akan mengatakan, “Tidak mungkin aku akan mencari harta dengan cara yang haram. Aku akan mencari harta dengan cara yang benar (di jalan-Nya) dan akan membelanjakannya di jalan-Nya pula.”
     Arti sumpah[Syarhu Riyaadhish Shaalihiin,hal.314,Babun Nahyi Anil Halafi Bimakhluuqin] adalah memantapkan sebuah perkara dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan. Seorang tidak mungkin akan bersumpah dengan menyebutkan sesuatu, melainkan sesuatu yang disebutkannya itu sangat agung bagi dirinya. Seolah-olah ia ingin mengatakan, “Demi keagungan dzat yang aku sumpahi (objek sumpah) bahwa aku telah berkata jujur.” Oleh karena itu, seseorang yang bersumpah dengan menyebut nama Allah terkandung sumpah atas nama sifat dari sifat-sifat-Nya atau dengan salah satu nama dari nama-nama-Nya.

Allah Ta'ala berfirman:

                                                   ۖ  أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنٰى 
“ Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma'ul Husna)” (QS. Al-Israa:110)

        Huruf-huruf sumpah ada tiga jenis. Pertama dengan huruf wawu, ba dan ta. Contoh sumpah dengan huruf wawu, وَاللهِ (Demi Allah)”. Contoh sumpah dengan huruf baru, بِاللهِ (Demi Allah).” Contoh sumpah dengan huruf ta adalah, تَاللهِ (Demi Allah).”
    
 Allah Ta'ala berfirman: 
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمٰنِهِمْ لَئِنْ أَمَرْتَهُمْ         
 "Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah sungguh-sungguh,”(QS. An-Nur 24: Ayat 53)

Allah Ta'ala berfirman:
يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ                                                                        
"Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu,”(QS. At-Taubah 9: Ayat 62)

Allah Ta'ala berfirman:
قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدتَّ لَتُرْدِينِ
"Dia berkata, Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku,"(QS. As-Saffat 37: Ayat 56)

Allah Ta'ala berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ 
"Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 65)

      Semua contoh di atas adalah ayat+ayat-ayat yang berisi huruf-huruf sumpah.
      Bersumpah atas nama selain Allah merupakan bentuk kekafiran atau kemusyrikan. Hal tersebut dapat menjadi kekufuran, baik kekufuran besar maupun kekufuran kecil. Selain itu, hal tersebut dapat menjadi syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil. Apabila orang yang bersumpah atas nama sesuatu dan meyakini bahwa sesuatu tersebut memiliki keagungan seperti keagungan yang dimiliki Allah, maka perbuatannya ini tergolong syirik besar. Adapun jika keyakinan terhadap sesuatu tersebut tidak menganggap memiliki keagungan seperti keagungan yang dimiliki Allah, maka perbuatannya ini termasuk syirik kecil dan merupakan jalan menuju syirik besar.
     Dahulu pada zaman Jahiliyah, orang-orang terbiasa bersumpah atas nama nenek moyang mereka. Kemudian Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam melarangnya dan bersabda, “Janganlah kalian bersumpah atas nama nenek moyang kalian.” Maksudnya janganlah kalian menyebut nama saudara kalian, kakek, dan sesepuh atau dengan nama nenek moyang kalian.  Karena hal ini merupakan kebiasaan orang-orang Jahiliyah. “Barangsiapa yang ingin bersumpah,maka bersumpah lah atas nama Allah atau diam saja.” Maksudnya boleh bersumpah dengan syarat harus atas nama Allah atau tidak bersumpah sama sekali. Adapun bersumpah aats nama selain Allah, maka jenis sumpah ini seperti terlarang.
     Di antara contohnya adalah bersumpah atas nama Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam, manusia paling mulia dan penghulu umat manusia. Jika anda mengatakan, “Demi Nabi Muhammad!” Maka anda akan menjadi pelaku syirik atau orang yang kufur. Atau bersumpah atas nama Jibril. Misalnya dengan mengatakan,  “Demi malaikat Jibril. Demi malaikat Mikail, demi malaikat Israfil, dan demi malaikat Malik penjaga Neraka,” atau dengan menyebutkan nama yang lainnya. Semua perbuatan ini termasuk perbuatan syirik.
    Kemudian jika Anda mengatakan (bersumpah), “Demi matahari, demi bulan, demi malam dan demi siang.” Maka hal ini termasuk perbuatan syirik. Perbuatan tersebut dapat digolongkan sebagai syirik besar ataupun syirik kecil sesuai dengan apa yang telah kita niatkan.
    Adapun jika Anda bersumpah atas naam sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala seperti, “Demi keagungan Allah, demi Keadilan Allah saya akan berbuat seperti ini DNA seperti itu”, maka sumpah seperti ini tidak dilarang.
    Adapun jika Anda bersumpah atas nama selain Allah, maka sebagaimana yang telah saya (penulis) katakan bahwa sumpah seperti itu merupakan perbuatan kufur atau syirik. Dapat tergolong syirik besar dan dapat pula merupakan syirik kecil. Ada seseorang yang mengatakan, “Ia dianggap murtad apabila ia seperti ini dan seperti itu.” Ucapan seperti ini tidak dibenarkan untuk diucapkan. Apabila kenyataannya tidak benar, maka ia akan menjadi seperti perkataannya sendiri, yaitu murtad. Kemudian apabila ucapannya ternyata benar, niscaya ia tidak akan bisa kembali kepada agama Islam dengan selamat. Maksudnya ia akan berdosa dan kufur.
     Contohnya ucapan seorang yang menyatakan,”Jika ia terbukti melakukan hal ini dan itu, maka ia adalah Yahudi. Dan apabila ia terbukti melakukan hal ini dan itu,maka ia adalah orang Nasrani.” Maka akan dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya perbuatan seperti ini haram dilakukan. Karena jika ternyata ucapannya tidak benar, maka Anda-anda yang akan menjadi orang Yahudi atau orang Nasrani sebagaimana yang anda katakan sendiri. Dan jika ternyata ucapannya benar, maka anda tidak akan bisa kembali kepada agama Islam dengan selamat.”
    Contoh lainnya adalah seseorang yang mengatakan, “Sesungguhnya si Fulan hari ini telah tiba dari perjalanannya. Kemudian temannya berkata kepadanya, “Tidak, ia belum datang. “Kemudian orang yang pertama tadi berkomentar, “Jika si Fulan belum datang berarti ia adalah orang Yahudi.” Apabila temannya tadi berdusta yakni ternyata si Fulan belum datang dan ini berarti ia telah berdusta, maka dengan pernyataannya ini ia tertuduh sebagai orang Yahudi, sebab telah dikatakan “Jika si Fulan belum datang berarti ia adalah orang Yahudi.” Ternyata ia berdusta. Maka dengan pernyataannya itu, ia tertuduh menjadi orang Yahudi. Dan jika ternyata benar adanya bahwa si Fulan telah datang, maka orang yang mengatakannya tadi tidak akan kembali kepada agama Islam dalam keadaan selamat sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Hal yang terpenting di dalam kasus ini bahwa jika Anda ingin bersumpah, maka bersumpah lah atas nama Allah atau Dnegan salah satu nama atau sifat-sifat-Nya.
    Kemudian ada seorang yang mengatakan, “ Bukankah Allah Ta’ala juga bersumpah dengan makhluk-Nya?

     Allah Ta'ala berfirman:
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَا
"Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,"(QS. Asy-Syams 91: Ayat 1)

Allah Ta'ala berfirman:
وَالسَّمَآءِ وَمَا بَنٰىهَا
"demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan),"(QS. Asy-Syams 91: Ayat 5)

     Kita jawab: Sesungguhnya Allah berhak untuk bersumpah atas nama makhluk yang Dia kehendaki. Hal tersebut juga merupakan dalil atas keagungan Allah. Sebab keagungan makhluk menunjukkan akan keagungan sang Khaliq (sang pencipta). Allah Ta'ala tidak akan bersumpah melainkan dengan sesuatu yang agung. Sedangkan keagungan makhluk Allah merupakan bagian dari keagungan-Nya, karena Allah berhak untuk bersumpah atas nama seluruh makhluk-Nya yang Dia kehendaki. Tidak ada seorang pun yang bisa mengahalang-halangi-Nya. Dia Mahakuasa untuk berbuat sesuai dengan kehendak-Nya.
    Jika ada seorang yang mengatakan, “Kami mendengar sebagian orang mengatakan, “bersumpah lah atas nama ayat-ayat Allah!” Apakah sumpah seperti ini termasuk bersumpah atas nama selain Allah? Apakah sumpah seperti ini termasuk perbuatan kufur dan syirik? Kita jawab: (Kita akan menanyakan kembali kepadanya), apa yang dimaksud dengan ayat-ayat Allah tersebut?” Jika yang dimaksud ayat-ayat Allah tersebut adalah matahari, bulan, malam atau siang, maka sumpah ini merupakan sumpah atas nama selain Allah sehingga para pelaku nya dicap musyrik atau kufur.

Allah Ta'ala berfirman:
وَمِنْ ءَايٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ  ۚ  
"Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan"(QS. Fussilat 41: Ayat 37)

     Apabila ia menjawab, “Yang saya maksudkan dengan ayat-ayat Allah adalah sesuatu disumpahi Allah tersebut (malam, siang, matahari dan bulan).” Maka kita jawab: sumpah ini merupakan sumpah atas nama selain Allah. Sehingga pelakunya dicap musyrik atau orang kafir. Namun, jika ia mengatakan, Yang kami maksud dengan ayat-ayat Allah adalah Al-Qur'an, karena Al-Qur'an merupakan ayat-ayat Allah.” Maka kita jawab bahwa sumpah seperti ini tidak termasuk perbuatan syirik. Mengapa? Sebab Al-Qur'an Al-Karim adalah firman Allah. Sedangkan firman Allah bisa termasuk diantara sifat-sifat-Nya.
     Oleh karena itu, jika ia mengatakan, “Saat bersumpah dengan ayat-ayat Allah dan yang saya maksud dengan ayat-ayat tersebut adalah Al-Qur'an.” Maka kita jawab sumpah seperti ini dibenarkan dan tidak apa-apa. Akan tetapi, saya(penulis) beranggapan bahwa masyarakat awam jika mengatakan, “Saat bersumpah atas nama ayat-ayat Allah.” Menurut dugaan saya bahwa yang mereka maksud adalah Al-Qur'an. Sehingga jika yang mereka maksud adalah Al-Qur'an, maka sumpah seperti ini tidak diharamkan. Akan tetapi, jika ayat-ayat yang mereka maksudkan adalah matahari, bulan, bintang,malam, siang atau yang sejenisnya, maka sumpah seperti ini adalah perbuatan syirik atau kufur.         

"Di ketik ulang Oleh tim Jambi Bertauhid berdasarkan kitab Al-Kaba'ir".

                                      

  💠💠💠

Posting Komentar

0 Komentar