MELURUSKAN USTADZ POPULER TENTANG QADAR DAN TAQDIR | USTADZ ABUL FARUQ H...







SILSILAH BANTAHAN 'ILMIYYAH TERHADAP AHLI BID'AH

  
Bantahan I



Diantara kejahilan Adi Hidayat disini adalah ketika membedakan antara qadr dan taqdiir padahal ulama yang berbeda pendapat tentang perbedaan antara qodo dan qodr

Berkata seorang ulama pakar bahasa:. Al_Imam Roghib Al_Ashfahaani dalam kitabnya Al-mufrodat




ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺍﻏﺐ ﺍﻷﺻﻔﻬﺎﻧﻲ ﻓﻲ " ﺍﻟﻤﻔﺮﺩﺍﺕ " ‏( ﺹ 675 ‏)




" ﻭﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﺧﺺ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺪﺭ؛ ﻷﻧﻪ ﺍﻟﻔﺼﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ، ﻓﺎﻟﻘﺪﺭ ﻫﻮ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ، ﻭﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻫﻮ ﺍﻟﻔﺼﻞ ﻭﺍﻟﻘﻄﻊ .



Artinya :  Dan qodo dari Allah Ta'ala lebih khusus dari pada qodr, karena dia adalah pemisah antara taqdii( ketentuan Allah ). Maka qodr adalah Taqdiir dan qodo dia adalah ketetapan dan ketentuan ( dari taqdiir).



Maka jelas tidak ada perbedaan antara qodr dan Taqdiir yang ada adalah perbedaan antara qodo dan Taqdiir

Dan syaikh bin BAZ tidak membedakan antara qodo dan qodr :


 ﻭﺳﺌﻞ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﻣﺎ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻭﺍﻟﻘﺪﺭ ؟




ﻓﺄﺟﺎﺏ " ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﻭﺍﻟﻘﺪﺭ، ﻫﻮ ﺷﻲﺀ ﻭﺍﺣﺪ، ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﻀﺎﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺎﺑﻘﺎً ، ﻭﻗﺪﺭﻩ ﺳﺎﺑﻘﺎً، ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﺬﺍ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ، ﻭﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺍﻟﻘﺪﺭ "



ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻣﻦ ﻣﻮﻗﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ

*http://www.binbaz.org.sa/noor/1480*

Artinya: Syaikh bin BAZ pernah ditanya apa bedanya qodo qodr? Beliau menjawab qodo dan qodr adalah suatu kesatuan, suatu yang Allah telah tetapkan sebelumnya maka maka Allah telah mentaqdirkanya maka dikatakan ketetapan dan Taqdiir Allah( sama intinya).



Bantahan II



Beberapa hal yang keliru disini, dikatakan jodoh itu ikhtiar belum dikokohkan oleh Allah, dikokohkan setelah ikhtiar ( usaha)itu dilakukan, artinya belum ditentukan dan ditetapkan oleh Allah, kecuali setelah usahanya ini jelas bertentangan dengan firman Allah surat Al haj ayat 70 Allah Ta’ala berfirman:



(أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ)



Artinya: “Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.(Al-Hajj 70)

Berkata Al-Imam Ibnu Katsir ketika mentafsirkan ayat ini dalam tafsirnya :


يخبر تعالى عن كمال علمه بخلقه وأنه محيط بما في السموات وما في الأرض فلا يعز عنه مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء ولا أصغر من ذلك ولا أكبر وأنه تعالى علم الكائنات كلها قبل وجودها وكتب ذلك في كتابه اللوح المحفوظ كما ثبت في صحيح مسلم عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم-: " إن الله قدر مقادير الخلائق قبل خلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة وكان عرشه على الماء " وفي السنن من حديث جماعة من الصحابة أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال: " أول ما خلق الله القلم قال له اكتب قال وما أكتب ؟ قال اكتب ما هو كائن فجرى القلم بما هو كائن إلي يوم القيامة





Artinya:
     “Allah Ta'ala mengkhabarkan kpd hamban-Nya tentang kesempurnaan ilmu-Nya terhadap ciptaan-Nya dan bahwasanya Dia meliputi segala apa yang dilangit dan dibumi tidak ada yang liput dari-Nya apa yang dilangit dan apa yang ada dibumi, baik yang kecil dari biji dzarrahpun atau yang lebih besarpun Allah Ta'ala telah mengetahui apa yang akan terjadi dan Allah telah menulis( menetapkan) segala sesuatu di Lauhul Mahfudz ( segala apa yang akan terjadi) dan telah tetap sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya sesungguhnya Allah telah menetapkan seluruh ketentuan/ ketetapan semua makhluk 50 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi dan 'arasyNya ketika itu diatas air.(HR MUSLIM) dan didalam kitab hadist assunan dari sekelompok para sahabat bahwasanya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda sesungguhnya yang pertama kali Allah Ta'ala ciptakan adalah qolam( pena ) lantas Allah berfirman kpd pena trsbt " Tulis lah!! " Berkata pena "apa yang harus kutulis?" Allah Ta'ala berfirman tulis semua yang akan terjadi sampai hari kiamat!" Maka pena menulis semua yang akan terjadi pada hari kiamat.



* JADI SETIAP APA YANG TERJADI TELAH ALLAH TENTUKAN TERMASUK KEDALAMNYA JODOH MAKA SEBUAH KEYAKINAN YANG SESAT KALAU JODOH, ALLAH BELUM KUKUHKAN/TENTUKAN KECUALI SETELAH IKHTIAR DILAKUKAN HAMBA

Karena Allah telah menciptakan makhluk dan perbuatannya Allah Ta'ala berfirman


(وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ)


Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”
(Asshofat 96)

Jadi perbuatan hamba seperti  ikhtiar adalah ciptaan Allah yang mana Allah juga telah mengukuhkannya 50 sebelum diciptakan langit dan bumi berdasarkan keumuman hadist diatas, jadi segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala kita harus mengimaninya kewajiban kita adalah ber'amal dan ber'amal karena tidak ada satupun makhluk yang tau takdirnya apakah dia penghuni surga atau neraka namun jika dia calon penghuni surga Allah akan memudahkan setiap usahanya menuju surga demikian sebaliknya. Yang penting dalam urusan taqdir yang harus kita ketahui bahwasannya Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah qadha’ dan qadar mempunyai empat tingkatan.

1- Pertama

Al-‘Ilm (pengetahuan),
➡yaitu mengimani dan meyakini bahwa Allah Mahatahu atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terinci, baik itu termasuk perbuatanNya sendiri atau perbuatan makhlukNya. Tak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.

2- Kedua

Al-Kitabah (penulisan),
➡yaitu mengimani bahwa Allah telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh yang ada disisiNya.

Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya,


أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِى كِتَٰبٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya:”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”[Al-Hajj : 70]

Dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang demikian tertulis dalam sebuah ktiab, yaitu Lauh Mahfuzh.

Sebagaimana pula dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sabdanya,
Artinya:
“Pertama kali tatkala Allah menciptakan qalam (pena), Dia firmankan kepadanya, ‘Tulislah!’ Qalam itu berkata, ‘Ya Tuhanku, apakah yang hendak kutulis?’ Allah berfirman, “Tulislah apa saja yang akan terjadi!’ Maka seketika itu bergeraklah qalam itu menulis segala yang akan terjadi hinggahari Kiamat.”

Ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam ditanya tentang apa yang hendak kita perbuat, apakah sudah ditetapkan atau tidak? Beliau menjawab: “Sudah ditetapkan.”

Dan ketika beliau ditanya: “Mengapa kita mesti berusaha dan tidak pasrah saja dengan takdir yang sudah tertulis?”, beliau pun menjawab: “Berusahalah kalian, masing-masing akan dimudahkan menurut takdir yang telah ditentukan baginya.” Kemudian beliau mensitir firman Allah,



فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ

وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ
فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْيُسْرَىٰ
وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسْتَغْنَىٰ
وَكَذَّبَ بِٱلْحُسْنَىٰ
فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْعُسْرَىٰ


Artinya:“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami akan memudahkan baginya (jalan) yang mudah. Sedangkan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala yang terbaik, maka Kami akan memudahkan baginya (jalan) yang sukar.”[Al-Lail 5-10]

Oleh karena itu, hendaklah Anda berusaha, sebagaimana yang diperintahkan Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam kepada para sahabat. Anda akan dimudahkan menurut takdir yang telah ditentukan Allah.



3- Ketiga

Al-Masyi’ah (kehendak).
➡Yaitu: bahwa segala sesuatu yang terjadi, atau tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al-Karim. Dan Allah telah menetapkan bahwa apa yang diperbuatNya adalah dengan kehendakNya, serta apa yang diperbuat para hambaNya juga dengan kehendakNya.

Firman Allah Ta'ala,


لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ

وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya:“(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan Semesta Alam.”[At-Takwir : 28-29]

Allah Ta’ala berfirman,


وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ………


Artinya :”Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya.”[Al-An’am : 112]

Allah Ta’ala berfirman,


وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلَ ٱلَّذِينَ مِنۢ بَعْدِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ وَلَٰكِنِ ٱخْتَلَفُوا۟ فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ ۚ 

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلُوا۟ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيد

Artinya :”Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”[Al-Baqarah : 253]

Dalam ayat-ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa apa yang diperbuat manusia terjadi dengan kehendak-Nya.

Dan banyak pula ayat-ayat yang menunjukkan bahwa apa yang diperbuat Allah adalah dengan kehendak-Nya.
Seperti firman Allah:

Artinya : “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya.”[As-Sajdah : 13]
Allah Ta’ala berfirman,


وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً وَٰحِدَةً ۖ


Artinya :”Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu.”[Huud : 118]

Dan banyak lagi ayat-ayat yang menetapkan kehendak Allah dalam apa yang diperbuatNya.

Oleh karena itu, tidaklah sempurna keimanan seseorang kepada qadar (takdir) kecuali dengan mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu. Tak ada yang terjadi atau tidak terjadi kecuali dengan kehendakNya. Tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi di langit ataupun di bumi tanpa dengan kehendak Allah.



4- Keempat

Al-Khalq (penciptaan).
➡Yaitu: mengimani bahwa Allah Pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi Penciptanya tiada lain adalah Allah. Sampai yang dikatakan “mati” (tidak hidup), itupun diciptakan oleh Allah. Dalam Firman Allah Ta'ala,


ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ



Artinya : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” [Al-Mulk : 2]

Jadi, segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi Pencipta-Nya tiada lain adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Kita semua mengetahui dan meyakini bahwa apa yang terjadi dari perbuatan Allah adalah ciptaan-Nya. Seperti langit, bumi, gunung, sungai, matahari bulan, bintang, angin, manusia, dan hewan, kesemuanya adalah ciptaan Allah. Demikian pula apa yang terjadi untuk para makhluk ini, seperti: sifat, perubahan dan keadaan, itupun ciptaan Allah.

Akan tetapi mungkin saja ada orang yang sulit memahami, bagaimana dapat dikatakan bahwa perbuatan dan perkataan yang kita lakukan dengan kehendak

kita ini adalah ciptaan Allah?

Jawabnya: Ya memang demikian. Sebab perbuatan dan perkataan kita ini timbul karena adanya 2 faktor, yaitu kehendak dan kemampuan. Apabila perbuatan manusia timbul karena kehendak dan kemampuannya, maka perlu diketahui bahwa yang menciptakan kehendak dan kemampuan manusia adalah Allah. Dan Siapa yang menciptakan sebab, Dialah yang menciptakan akibatnya.

Jadi, sebagai argumentasi bahwa Allah-lah yang menciptakan perbuatan manusia, yaitu bahwa apa yang diperbuat manusia itu timbul karena 2 faktor, yaitu kehendak dan kemampuan. Andaikata tidak ada kehendak dan kemampuan, tentu manusia tidak akan berbuat. Karena andaikata dia menghendaki, tetapi tidak mampu, tidak akan ia perbuat. Begitu pula andaikata dia mampu, tetapi tidak menghendaki, tidak akan terjadi perbuatan itu. Jika perbuatan manusia itu terjadi karena adanya kehendak yang mantap dan kemampuan sempurna, sedangkan kehendak dan kemampuan tadi pada diri manusia adalah Allah, maka dengan cara ini dapat kita katakana bahwa Allah-lah yang menciptakan perbuatan manusia.

Akan tetapi, pada hakikatnya manusia yang berbuat. Manusialah yang bersuci, yang melakukan shalat, yang menunaikan zakat, yang berpuasa, yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, yang berbuat kemaksiatan, yang berbuatan ketaatan; hanya saja semua perbuatan ini ada dan terjadi dengan kehendak dan kemampuan yang diciptakan oleh Allah. Dan alhamdulillah hal ini sudah cukup jelas.

Keempat tingkatan yang disebutkan tadi wajib kita tetapkan untuk Allah. Dan hal ini tidak bertentangan apabila kita katakan bahwa manusia sebagai yang berbuata atau pelaku perbuatan.

Seperti halnya kita katakan: “Api membakar.” Padahal yang menjadikannya dapat membakar tentu saja Allah. Api tidak dapat membakar dengan sendirinya, sebab seandainya api dapat membakar dengan sendirinya, tentu ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilemparkan ke dalam api akan terbakar hangus. Akan tetapi, ternyata beliau tidak mengalami cedera sedikitpun, karena Allah telah berfirman kepada api itu:


قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ


Artinya : “Hai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.” [Al-Anbiya’ : 69]

Sehingga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak terbakar, bahkan tetap dalam keadaan sehat wal ‘afiat.

Jadi, api tidak dapat membakar dengan sendirinya, tetapi Allah-lah yang menjadikannya mempunyai kekuatan untuk membakar. Kekuatan api untuk membakar adalah sama dengan kehendak dan kemampuan dalam diri manusia untuk berbuat, tidak ada perbedaannya. Hanya saja, karena manusia mempunyai kehendak, perasaan, pilihan dan tindakan, maka secara hukum dan sebenarnya manusia dinyatakan sebagai yang berbuat. Dia akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang diperbuatnya, karena dia berbuat menurut kehendak dan kemauannya sendiri.

Penutup.

Sebagai penutup, kami katakan bahwa seorang mukmin harus ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, dan termasuk kesempurnaan ridhanya, yaitu mengimani bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara amal yang dikerjakan manusia, rizki yang dia usahakan, dan ajal yang dia khawatirkan. Kesemuanya adalah sama, sudah tertulis dan ditentukan. Dan setiap manusia dimudahkan menurut takdir yang ditentukan baginya. Semoga Allah menjadikan kita termasuk mereka yang dimudahkan untuk berbuat seperti orang-orang mendapat kebahagiaan dan melimpahkan kepada kita kebaikan dunia dan akhirat.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh shahabatnya.


Semoga mencerahkan.

Oleh Ustadz Abul Faruq Hafizhahullah.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Sya msih bingung ustadz, takdir itu Allah yg tentukan, brrti siapa pun yg msuk surga dan neraka sudah d takdirkan.
    Jadi penjahat, pembunuh, rampok, waria dan kafir jg sdh d takdirkan ya ustadz.?
    terus kita sdah d takdirkan ustadz, knpa mnusia di bilang pnya plihan tadz, sdangkan Allah sdah takdirkan kita akn melakukannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan bingung, pertama saya sudah jelaskan bahwa segala sesuatu Allah telah mengetahui, seorang yang akan jadi perampok,orang Sholih,baik, d l l semuanya Allah telah tau, kemudian setelah Allah tahu Allah catat semuanya di dalam cacatatan Allah disisi-Nya yaitu di lauhil Mahfudz. Namun perlu diketahui Allah tidak pernah memaksa seseorang untuk menjadi penjahat, perampok,orang Sholih d l l,dan Allah memberikan pilihan kpd hambanNya namun Allah telah mengetahui apa yang akan dipilih olh hamba tersebut menunjukkan luasnya ilmu Allah. Maka keyakinan kita dalam masalah ini kita meyakini Allah memberikan kan kehendak bagi setiap hamba dan kita juga yakin kehendak yang Allah berikan kepada hamba tersebut Allah telah mengetahui dan menetapkannya. Maka keyakinan Islam tentang taqdir seperti ini berbeda halnya dengan dua kelompok sesat dalam memahami taqdir yaitu kelompok JABARIYYAH Meraka meyakini bahwa manusia tidak memiliki kehendak, manusia dipaksa untuk beriman,kafir dll manusia bagaikan kertas yang diterbangkan angin tidak ada kehendak sedikitpun, yang kedua adalah QADARIYYAH Kelompok ini adalah lawan dari kelompok yang pertama mereka meyakini Allah memberikan kehendak kepada hamba,dan kehendak hamba tersebut dia sendiri yang memilikinya tampa ada andil Allah didalam nya bahkan diantara kesesatan mereka yang paling parah mereka mengatakan Allah tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kecuali setelah mereka melakukan nya... namun Ahlu Sunnah meyakini Bahwa Allah memberikan kehendak pada hambanya namun kehendak hamba tersebut dibawah kehendak Allah sebagai mana firman Allah Ta'ala
      (وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ)
      [Surat At-Takwir 29]
      Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.

      Jelas sekali dalam ayat ini Allah sandarkan kehendak pada hambanya,namun kehendak hambanya dibawah kehendakNya.

      Tambahan: contoh nya
      Anda sekarang beriman menjalankan ketaatan apakah ada yang memaksa anda? Tidak itu pilihan anda,anda memiliki kehendak dan pilihan. Coba anda kewarung nasi anda akan memilih makanan yang cocok dengan selera Anda Tampa ada yang memaksa anda. Namun kita meyakini bahwa Allah telah mengetahui pilihan anda ini karena keluasan ilmu Allah sama halnya dengan guru disekolah, meski belum selesai ujian guru itu sudah tau siapa yang akan lulus dan siapa yang akan gagal karena guru itu tau keadaan muridnya, murid yang malas,yang rajin dll.

      Wallahu A'lam

      Hapus